AKAN SELALU LEBIH LELAH GURUMU
-Dibalik kajian yang kamu datangi, ada jasa guru yang tidak akan pernah bisa kamu balas-
Ketika sedang istirahat, saya coba buka salah satu story WA kawan saya yang berada diurutan teratas, mencoba mengambil faidah. Setelah terbuka, bukan sekadar faidah yang saya dapat, tapi juga tangis, rasa malu dan rasa sangat bersyukur dikaruniai guru seperti beliau hafihzahullahu.
Ini adalah screenshoot Admin Mahad BIAS, isinya demikian :
"Sedikit cerita : Jika Ustadz terlihat lelah, memang beliau sepertinya lelah. Pulang dari Panggang (re:Gunungkidul) siang, sorenya langsung ke Sanden. Di Sanden dauroh 3 hari, dan yang terakhir sampai malam jam 11-an. Paginya beliau kalau tidak salah mengisi lagi. Dan sekarang beliau juga mengisi. Waktu-waktunya berdekatan, tapi beliau tetap mengisi. Mantap." Ujar salah satu kru radio yang bertugas.
"Beliau hafizhahullahu sudah biasa begitu. Mungkin bagi kita merasa kasihan lihat beliau kecapean ngajar sana-sini. Tapi bagi beliau biasa saja. Selama kami jadi takmir, ada peristiwa yang semisal itu (sekitar th 2014/2015), bahkan lebih parah :
Suatu hari, kami hendak jemput beliau di pondok untuk ngampu kajian di Pogung (padahal hari-hari sebelumnya, seminggu full beliau ikut dauroh masyaikh diluar kota yang kita tahu kalau dauroh masyaikh itu dilakukan hampir full seharian). Kami (pemjemput) sudah risih melihat fisik beliau lunglai dan kelihatan demam (posisi kami masih di pondok, menunggu beliau ketika itu). Sampai akhirnya kondisi fisik beliau tidak bisa dibohongi : darah mengalir cukup deras keluar dari hidung beliau. Kami saksinya melihat langsung. Lalu beliau bergegas menyeka dan membersihkan darah tersebut. Kami katakan kepada beliau : "Apakah sebaiknya ustadz istirahat saja dulu (kajian libur)?" Beliau jawab santai : "ngga papa, yuk berangkat"
Kisah kedua, suatu hari beliau mengisi dauroh MI (Mahad Ilmi), kami selaku panitia mendapati beliau cukup lelah (terlihat dari mimik wajah beliau) Di sela-sela jadwal istirahat (biasanya dauroh MI ada jeda 15 menit antara sesi pertama dan sesi kedua). Nah, diwaktu sempit inilah beliau bilang ke panitia : "Mas ana mau istirahat dulu, tolong bangunkan saya 15 menit lagi." Menjelang menit ke-15 kami masuk ke ruang istirahat beliau untuk membangunkan. eh ternyata beliau sudah bangun lebih dulu, bahkan dalam kondisi sedang murojaah kitab. Mungkin saja tadi beliau tidak jadi istirahat karena asyik pegang kitab.
Ketika kami antar pulang ke pondok (selepas beliau mengampu di Pogung) di suatu jalan sempit yang motor kami lewati, ada segerombol orang nongkrong-nongkrong mengabiskan waktunya tanpa arti. Beliau langsung komentar sambil mengisyaratkan ke ara segerombol oarang nongkrong-nongkrong tadi, kata beliau : "Andai waktu luang segerombol orang yang nongkrong itu bisa dibeli, saya ingin sekali membelinya."
Tahukah beliau siapa?
Beliau adalah Ustadz Aris Munandar hafizhahullahu. Semoga Allah menjaga kesehatan dan memberkahi ilmu beliau. Dan semoga kita bisa mengambil faidah dari kisah di atas.
Intaha, sekian kutipan.
Teman-teman, dari kutipan diatas sudahkan ada air mata yang mengalir? ataukah sudah ada rasa bersalah dan malu dari diri kita? atau setidaknya sudah ada rasa syukur yang terucap dikaruniai guru yang sangat menyayangi murid-muridnya? serta sudahkandoa baik untuk semua guru-guru kita, kita berikan?
Teman-teman, sayapun mejadi saksi dari kisah kedua, ketika dauroh Mahad Ilmi, suara beliau hampir habis, batuk-batuk menyertai beliau, sayapun mendengar sangat lirih ketika beliau meminta izin istirahat dahulu. Kita semua sudah tau betapa lelahnya dauroh dari jam 08.00-15.00 meski kita hanya mendengar, mencatat, itupun lebih banyak dihiasi bunga tidur, alias banyak santri yang ketiduran daripada terjaga. Ketika jeda istirahat kita dengan mudah makan, minum, bahkan bisa rebahan.
Teman-teman, tidakkah kita merasa bersalah ketika tidak ada udzur apapun tapi tetap datang terlambat ketika pelajaran dimulai (terutama akhwat yang dibalik hijab, tertutupi aib kita dari pandangan guru kita). Masih saja enggan mencatat, hanya mengandalkan rekaman jika hendak ujian misalnya, itupun rekaman di skip-skip karena tidak nutut waktu murojaah ala kadarnya.
Teman-teman, tidakkah kita seharusnya berusaha tetap berangkat meski hujan, meski ngantuk, meski capek, meski jauh? karena disana ada guru-guru kita yang juga tidak kalah basah kuyup, tidak kalah lelah, bahkan hingga darah dari hidung beliau kaluar. Apakah kita juga sudah selelah itu dalam menuntut ilmu?
Pernah ada pertanyaan masuk ke Ustadz Aris,
"Ustadz apakah santri diperbolehkan tidak berangkat dengan alasan hujan?"
jawaban beliau, "Ya kalau sudah ada janjian sama Ustadznya misal 'misal hujan sangat deras kita libur yaa', itu tidak apa-apa tidak berangkat. Kalau tidak terlalu deras, ada motor, ada mantel ya tetap berangkat, masak Ustadznya berangkat kalian tidak."
Jawaban beliau sangat menghujam hati saya, teringat saya pernah bolos karena hujan deras saat ba'da magrib dan malah memilih mencuci baju, saya kira kajian libur, ternyata tidak. Saya sangat menyesal, lebih-lebih setelah baca kisah di atas.
Ketika kajian jumat pagi di Sendowo, ada salah satu santri tertidur pulas saat Ustadz menjelaskan,maka beliau menegur santrinya , teguran tegas penuh kasih sayang.
"ya, tidur.. tidur, tapi mbok jangan sampai ngorok seperti itu ck (suara gumaman beliau)."
Ah...merasa ditampar, serasa beliau tujukan kalimat itu khusus untuk saya.
Bayangkan saja teman-teman, misal hari Jumat, jam 06.00-07.30, sepagi itu kelas bersama beliau sudah mulai, kemudian beliau kembali ke Pondok (perjalanan +- 30 menit), sorenya jam 16.00-magrib mengisi kajian Mahad Ilmi di MPD, jeda adzan magrib, lanjut lagi mengisi kajian di MPR hingga Isya. Bisa bayangkan betapa lelahnya beliau? kita mah enak, bisa curi-curi waktu minum saat kajain, rebahan, slonjoran, dll. Guru kita????? gitu masih saja ada yang bolos, yang tidak mau nyatat atau hal lain misalnya, masih adakah?
Pernah ketika kajian di Al-Ashri, jeda adzan isya, saya dan kawan-kawan slonjoran, minum dll, kemudian salah satu senior tidak sengaja melihat beliau, apa yang beliau lakukan? Mencari penjelasan dari salah satu kata yang beliau tidak bisa jelaskan dengan gamblang pada kita, beliau buka-buka kitabnya,
Pernah pula, ketika kajian Mahad, ada sisa waktu 30 menit, kami bingung (akhwat kan tidak tau ya Ustadz sedang apa, tapi pas itu hening gitu), kemudian beliau berucap,
"sesekali saya ingin buka sesi tanya jawab terkait pelajaran ushul fiqh, monggo jika ada yang hendak ditanyakan akan saya jawab jika saya bisa"
DEG! dari semua pelajaran di Mahad, memang ushul fiqh memegang posisi teratas tingkat kesulitan dalam memahami (katanya). Baru benar-benar faham ketika diulang 5-6x, itupun bisa jadi saat ujian masih salah jawabnya. hiks.
Seketika pertanyaan yang sudah menumpuk di masing-masing otak santri keluar, dan dengan sabar beliau jelaskan ulang, bahkan materi yang sudah sangat lama terlewatkan.
Di Pogung dan sekitarnya sendiri, jadwal mengajar beliau cukup padat dalam sepekan, saya jabarkan :
Selasa malam : Al-Ashri Pogungrejo kitab Al-Kabair
Rabu malam : Al-Ashri Pogungrejo kitab ihtimam li sunnatin nubuwwah
Jumat : Pagi, di Sendowo (kajian muslimah, kitab adabul khitbah wa zifaaf), Sore di MPD (Kajian ushul fiqh Mahad Ilmi), Malam di MPR (kajian kitab nailur raja').
Sabtu pagi : di MPR jam 06.00-07.30, lanjut di MPD jam 08.00-10.00
Ahad pagi : kajian di Al-Ashri kitab qowaidul tauhid.
Sangat padat, belum jadwal di Pondok dan tempat lain.
Guru kita yang lain, Ustadz Hanan Yasir, suami dari Ustadzah Ummu Yasir hafizhahumallahu. Dari Ustadzah Ummu Yasir, dari kawan, dia berkata :
"Kata Ustadzah Ummu Yasir, Ustadz Hanan Yasir tiap pulang ke rumah selepas ngisi dauroh suaranya pasti habis, kasian."
Teman-teman, selelah apapun kita, semerasa pusingnya kita, semerasa tidak punya waktu istirahatnya kita, guru-guru kita jauh lebih lelah, jauh lebih tidak punya waktu istirahat.
Jadi, untuk saya pribadi terlebih dahulu, saya katakan :
"tetep datang meski terpaksa telat!"
"tetep nyatet meski ngantuk dan tangan ndak kuat!"
"tetap berangkat meski hujan lebat!"
"tetep murojaah, dengerin rekaman bahkan hingga 10x kalau perlu, sampe paham, sampe bener-bener paham!"
"tetep cari tempat paling depan kalo tidak ada udzur!"
"kamu harus selalu doain guru-gurumu, kamu harus tau, kebahagiaan gurumu itu ketika kamu semangat belajar, serius, dan paham dengan pemahaman yang benar, serta ilmu itu menjadi bermanfaat, dengan kamu beramal sholih dari ilmu yang kamu dapat dari gurumu, kamu jadi santri yang takut sama Allah, itu yang gurumu mau. Ilmu yang gurumu beri, itu tidak akan pernah bisa dibayar dengan uang mukafaah sebanyak apapun. Pengajaran penuh kasih sayang dari gurumu tidak akan pernah bisa kamu ganti dengan hadiah semewah apapun. Ilmu terlalu berharga, terlalu mahal, dan terlalu tidak ternilai harganya jika dibayarkan dengan dunia dan seisinya. Intinya, kamu harus semagat ya! belajar terus, gapapa lemot, gapapa nilai ujiannya jelek, asal ndak berhenti buat belajar. ya yam ya!"
Sekian, semoga saya, kamu, kita selalu Allah berikan hidayah taufik, serta istiqomah didalamnya hingga maut menjemput kita.
#janganlupadoakangurukita
*Foto dari Story admin BIAS
Artikel : https://at-tadzkirah.blogspot.com/2019/12/akan-selalu-lebih-lelah-gurumu.html
Pogung tercinta, 3 Jumadal Ula 1441H
Sumber: Broadcash WA teman