Rabu, 15 Mei 2024

SAMPAI KAPAN KITA SALING BEROLOK-OLOK?

بسم الله الرحمن الرحيم


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا نْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya, janganlah kamu mencela orang lain, pen.). Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah (penggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim”

[surat-al-hujurat-ayat-11]


Dari ayat tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa Allah Ta’ala melarang orang-orang mukmin untuk menghina siapapun.


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda tentang terdapatnya hak seorang mukmin atas mukmin yang lain, yaitu tidak menghina atau mencela orang lain baik dengan kata-kata ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan sesama muslim. Dan perbuatan tersebut jelas hukumnya haram.


Al Imam Ath Thabari rahimahullah juga menjelaskan dalam tafsirnya, Allah menyebutkan secara umum larangan untuk mencela, menghina, merendahkan orang lain. Dan itu mencakup seluruh bentuk celaan. Tidak boleh seorang mukmin mencela mukmin yang lain karena kemiskinannya bahkan tentang dosa yang ia lakukan ataupun yang lainnya.


Pernah ada seorang sahabat yang menertawakan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, yang beliau itu berbadan kurus. Ketika itu beliau naik ke atas sebuah pohon kurma kemudian tertiuplah angin yang kencang, sehingga tersingkap betisnya. Dan ada beberapa sahabat tiba-tiba menertawakan itu. Maka nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menegurnya, “apa yang membuat kalian tertawa?”. Kata mereka, “kecilnya betis beliau wahai Rasulullah.” Wajah nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam memerah, kemudian bersabda “Demi Dzat Yang jiwaku berada di genggamannya, sesungguhnya kedua betisnya itu lebih berat di timbangan hari kiamat dibandingkan gunung uhud.” (HR. Ahmad no. 876, sanadnya dinilai hasan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)


Aisyah radhiyallahu ‘anhaa pernah mengatakan kepada nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, “cukuplah engkau selalu membela Shofiyyah karena ini dan itu”. Beberapa Rawi mengatakan, karena Shofiyyah dikatakan ‘pendek’. Maka nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Aisyah engkau telah mengucapkan kata-kata yang apabila kata-kata itu dicampur dengan air laut, niscaya ia akan mengotorinya.” Maksudnya karena busuk dan kotornya kata ini.  (Hadist shahih, riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi, dan Ahmad).


Larangan mencela ini terdapat dalam hadist nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam,

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

“Seorang Mukmin bukanlah orang yang banyak menghina & mencela, bukan orang yang banyak melaknat (mendoakan yang buruk), bukan pula orang yang keji (buruk akhlaknya), dan bukan orang yang jorok omongannya” 

[HR. Tirmidzi, no. 1977; Ahmad, no. 3839 dan lain-lain]


Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

“Orang yang suka melaknat, menghina, merendahkan, menjatuhkan orang lain maka mereka tidak bisa memberi syafa’at dan tidak akan bisa menjadi saksi di hari kiamat.” [Hadist shahih, riwayat Muslim]


Berhentilah saudariku, dari mata yang sering merendahkan orang lain, mulut yang sering mencibirkan orang lain, ataupun isyarat tangan. Dia ciptaan Allah, apabila dirimu menghinanya, maka engkau telah menghina Penciptanya. Allah lah yang menciptakan kulitnya gelap, rambutnya keriting, badannya besar. Maka jagalah lisan kita.


Kalau Allah beri kita kelebihan, maka syukuri. Apabila ada kekurangan dalam diri orang lain, maka nasehati, berikan masukan, dan tutupi itu.


Larangan ini tidak hanya kepada manusia, tapi juga kepada hewan. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “janganlah kalian mencela Ayam jantan, karena ia membangunkan untuk shalat.”  [Hadist shahih riwayat Abu Dawud]


Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, 

“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mengatakan, ‘ya khoybah dahr’ (ungkapan mencela waktu). Janganlah seseorang di antara kalian mengatakan ‘Ya khoybah dahr’ (dalam rangka mencela waktu), karena Aku adalah (pengatur) waktu. Aku-lah yang membalikkan malam dan siang. Jika suka, Aku menggenggam keduanya.” (HR Muslim no. 6001).


Mencela itu dilarang. Mencela masa, mencela penyakit, bahkan mencela syeithan. Manusia tidak diperintahkan untuk mencela syeithan, tapi diperintahkan untuk berlindung darinya. Biarkan Allah yang membalasnya. Ketika kita berlindung darinya membaca ta’awudz, Allah akan merajamnya. 


Kita juga dilarang untuk mencela diri kita sendiri. Kita sama sekali tidak punya hak atas diri kita, karena ini adalah ciptaan Allah. Maka kita tidak boleh mencela diri kita sendiri. 


Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam juga menyuruh kita untuk tidak membalas ketika ada yang sedang mencela kita. Dia sedang berbuat dosa, apabila kita balas, maka kita juga jadi berbuat dosa. Dan biarkan Allah yang membalasnya. 


Kesimpulannya, menghina, mencela, atau merendahkan merupakan perbuatan yang sangat buruk dan haram untuk dilakukan. Perbuatan ini merupakan tanda akan lemahnya imannya dan bukanlah termasuk sifat seorang muslim. Menghina dan merendahkan merupakan tanda bahwa dirinya merasa sudah bersih dari dosa-dosa. Makanya erat kaitannya merendahkan dengan kesombongan. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari sifat ini hingga ajal menjemput kita, aamiin Yaa Rabbal’aalamiin.

Sabtu, 27 Januari 2024

Menjaga Keikhlasan Niat

Dalam kitab Shahih Al Bukhari, dari Umar رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah 

صلى الله عليه وسلم bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ 

وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

 إنما الأعمال بالنية

Amal tergantung niat itu mencakup 3 hal :

1) Terjadinya / ada atau tidaknya aktivitas

Maka terjadi atau tidaknya amal itu tergantung niat. Tanpa ada niat maka tidak 

akan ada perbuatan. Perbuatan adalah hasil dari niat & kemampuan. 

Seseorang yg tidak memiliki niat untuk shalat, maka tidak akan terjadi shalatnya. 

2) Keabsahan

Keabsahan amal itu tergantung niat. Terutama untuk ibadah yang mahdhoh. 

Orang yg tidak makan dan minum, tidak sah puasanya jika tidak ada niat puasa.

3) Kesempurnaan amal

Terutama berkenaan dengan ibadah yang bukan mahdhoh. Menafkahi istri tidak 

akan menjadi ibadah/pahala apabila tidak diniatkan untuk melaksanakan 

perintah Allah, cuma sekedar kewajiban saja terlaksana.

ولكل امرئ ما نوى

Setiap orang itu mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.

sebagian orang bertanya apakah boleh double niat, misal ketika puasa senin 

kamis bertepatan dengan ayyamul bidh. Maka dalilnya hadist ini. 

فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله 

ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرته إلى ما هاجر إليه

“Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya 

untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia 

yang ingin diraihnya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya 

sesuai dengan apa yang ia niatkan.”

Mengapa hijrah untuk nikah itu tercela? padahal bukan untuk zina. Jawabannya :

  1. karena secara lahiriah dia menampakkan perubahannya untuk Allah. Padahal 

ia punya niat yang terselubung. 

  1. karena dia telah meninggalkan niat yang lebih mulia.


Syeikhah Ummu Abdillah Al Wadi’iyyah mewasiatkan muslimah untuk :

  1. Ikhlas hanya karena mengharapkan wajah Allah عزوجل saja.

Tidak melakukan amalan karena riya, sum’ah, ataupun sombong, 

juga tidak ujub terhadap amalan yang kita lakukan. Rumus ikhlas : 

2L (lakukan & lupakan). Jangan merasa diri sdh berperan, berkontribusi, 

atau berjasa kepada agama ini. 

.

Riya : beramal karena ingin dilihat

Sum’ah : beramal karena ingin didengar

Ujub : membanggakan amalan yang dilakukan

Sombong : membanggakan amalan yg dilakukan & merendahkan orang lain

.

  1. Berpegang teguh pada tali agama Allah.

karena sungguh setiap manusia itu akan dimintai pertangguhjawabannya 

di harapan Allah kelak. Seseorang itu akan diajak bicara langsung dengan 

Allah tanpa perantara dan penerjemah. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

.

“tidak ada seorang pun diantara kalian melainkan akan diajak bicara 

oleh Rabb-nya. tidak ada penerjamah antara dia dengan Allah. Saat ia 

melihat ke kanan, maka tidak ada yang dilihatnya kecuali apa yang 

telah diperbuatnya.  Saat ia melihat ke kiri, maka tdk ada yg dilihatnya 

kecuali apa yang telah diperbuatnya. Lalu ia melihat ke arah depannya, 

maka tdk dilihatnya kecuali neraka berada di harapannya. Maka jagalah 

diri kalian dari api neraka, sekalipun hanya bersedekah separuh kurma.”

.

Bersedekah separuh saja sudah mampu menjaga seseorang dari neraka, 

lalu bagaimana dengan banyak butir kurma? inilah salah satu keutamaan 

orang kaya yang dermawan yang tidak bisa dilakukan oleh orang miskin. 

Allah تعاللى berfirman, “itu adalah keutamaan yang Allah berikan kepada 

orang-orang yang Dia kehendaki”

.

Dikatakan bahwasanya Hatim Ath Tha’i (ayahnya Adi bin Hatim رضي الله عنه 

perawi hadist ini) adalah seorang yang dermawan hingga orang-orang

menjadikannya parameter kedermawanan. orang-orang akan berkata, 

“ia dermawan sekali seperti Hatim Ath Tha’i”. Lalu Adi رضي الله عنه bertanya 

kepada Nabi صلى الله عليه وسلم tentang keadaan Hatim di akhirat karena ia 

dermawan kepada orang lain, kerabat, dan punya amalan baik. 

Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab yang kurang lebih maknanya, 

“Ayahmu itu banyak bersedekah karena pamrih, bukan karena Allah. 

Dan dia telah mendapatkan apa yang dia niatkan.”

.

Maka penting bagi kita utk senantiasa mengecek niat kita di awal, di tengah, 

maupun di akhir. Hati-hati sikap riya dan sum’ah ketika di awal mengerjakan 

amalan. hati-hati dengan berbangga diri atau merendahkan orang lain ketika 

di tengah maupun di akhir amalan. Semoga Allah senantiasa memberikan 

hidayah dan taufiknya kepada kita. آمين يا رب العالمين.


الحمد لله رب العالمين


Jumat, 15 Desember 2023

PENTINGNYA ASMA WA SHIFAT ALLAH

Disarikan dari kajian bersama Ustadz Afifi Abdul Wadud pada dauroh kitab Fiqih Asma'ul Husna karya Syeikh Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr حفظهم الله تعالى


بسم الله الرحمن الرحيم

Sebagaimana kita ketahui bahwasanya "kemuliaan ilmu itu dilihat dari objek yang dipelajarinya". Maka mengetahui dan mempelajari asma wa shifat Allah adalah sebaik-baiknya dan semulia-mulianya ilmu karena ilmu ini berkaitan dengan Allah, Dzat yang tidak memiliki tandingan dalam kemuliaan-Nya. Mengharapkan wajah Allah merupakan semulia-mulianya tujuan. Beribadah kepada-Nya merupakan sebaik-baiknya perbuatan. Dan memuji Allah melalui nama dan sifat-Nya merupakan semulia-mulianya ucapan. 


Bahkan inti dari Al Qur’an adalah Tauhid. Ada ulama رحمهم الله yang membagi inti Al Qur’an dengan Tauhid, Ahkam Syari’ah, dan Kisah-kisah. Pada dasarnya orang yang melakukan ahkam syari’ah harus bertauhid, dan kisah-kisah itu adalah tentang ahli tauhid dan orang-orang kafir. Maka inti dari Al Qur’an itu awal hingga akhir adalah tentang tauhid.


Dan ini jugalah inti dari dakwah para nabi dan rasul عليهم السلام, mereka diutus untuk berdakwah dalam masalah Tauhid (mengesakan Allah). Imam Ibnul Qayyim رحمه الله mengatakan, "sesungguhnya dakwah para Rasul itu berkisar pada tiga hal :

1) Memperkenalkan Allah kepada manusia lewat nama dan sifat serta perbuatan-Nya

    agar manusia mengenal siapakah Allah yang mereka sembah dan ibadahi.


2) Menjelaskan jalan yang bisa menyampaikan kepada-Nya

setelah mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya, serta perbuatan-Nya, lalu apa yang mampu mendekatkan kita kepada Allah? yakni dengan berdzikir, bersyukur, dan beribadah kepada-Nya.


3) Menerangkan balasan bagi mereka

ketika mereka sudah melakukan jalan-jalan yang mampu menyampaikan kepada Allah, lalu apa balasannya? yakni surga dan kenikmatan di dalamnya, serta keridhoan dan kenikmatan melihat kepada wajah-Nya yang Mahamulia, juga ucapan salam dan berdialog dengan-Nya. 


Orang yang merindukan Allah di dunia, tentu akan lebih dirindukan oleh Allah. Dan orang yang betul-betul merealisasikan cintanya kepada Allah, maka dia akan dicintai Allah. 


Nabi kita, Muhammad صلى الله عليه وسلم telah menyampaikan kepada umatnya setiap hal yang berkaitan dengan Allah secara gamblang dengan penjelasan yang paling sempurna, pemaparan yang sejelas-jelasnya sesuai dengan kadar kemampuan umatnya. Nabi صلى الله عليه وسلم telah menjelaskan dengna penjelasan yang memuaskan, mengobati penyakit-penyakit yang menyimpang, dan penjelasan yang tidak perlu dipertanyakan lagi, artinya tidak perlu ditanya “bagaimana dan bagaimana” hingga jelas pengenalan seorang hamba yang beriman terhadap Allah dan tersingkaplah kabut keraguan sebagaimana tersingkapnya awan pada saat bulan purnama hingga jelaslah sinarnya. Tidak sebagaimana penjelasan filsuf-filsuf yang sangat rumit.


Nabi صلى الله عليه وسلم sudah menjelaskan kepada umatnya setiap hal perkara agama ini. Mustahil bagi beliau yang telah mengajarkan kepada kita tentang tata cara buang hajat (masuk, keluar, di dalamnya), makan dan minum (sebelum, sesudah, ketika lupa, dan adab-adabnya), masuk keluar rumah dengan sangat terperinci; namun beliau meninggalkan untuk umatnya penjelasan tentang Rabbnya. Hal ini tentu mustahil. Padahal kebutuhan manusia akan Allah lebih mendesak dibandingkan semua kebutuhan. Manusia mendapatkan Allah, maka semuanya akan tergantikan dengan kebersamaan dengannya. Namun manusia apabila kehilangan Allah, maka semua yang ada di dunia tidak ada yang bisa menggantikan kehilangan Allah. Tidak ada kebahagiaan, kesuksesan, kebaikan, kenikmatan, dan ketentraman hati bagi manusia, kecuali dengan mengenal dan beribadah kepada Allah. Maka kebutuhan manusia dalam menemukan dan mengenal Allah lebih pokok dan lebih penting dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagaimana sesuatu hal, semakin dibutuhkan pasti semakin banyak ketersediaannya. Udara itu lebih banyak ketersediaannya dibandingkan air karena udara lebih dibutuhkan dan lebih penting dibandingkan air, sekalipun air penting. Maka begitupula penjelasan tentang Allah pastilah telah banyak disampaikan, baik di dalam Al Qur’an maupun melalui perantara lisan Rasulullah صلى الله عليه وسلم.


Oleh karena itu, “barangsiapa yang di dalam hatinya terdapat sedikit cahaya kehidupan, kecintaan kepada Rabbnya dan keinginan melihat kepada wajah-Nya serta rindu bertemu dengan-Nya, maka hendaklah ia menjadikan ilmu tentang (nama dan sifat-Nya), bersemangat dalam mengenalnya, menambah wawasan dan bertanya tentangnya sebagai seutama-utamanya tujuan dan sebesar-besarnya pencarian serta semulia-mulianya langkah. Tidaklah hati yang selamat dan jiwa yang tenang keapda sesuatu, yang lebih merindukan daripada mengenal perkara ini, dan tidak pula kegembiraannya kepada sesuatu yang lebih agung daripada kegembiraannya untuk memahami hakikat ini.”


Barangsiapa yang mengetahui ilmu ini, maka dia lebih mengenal Allah, lebih banyak mengharap, dan dekat kepada-Nya. Dan barangsiapa yang lebih banyak tidak mengetahui tentang ilmu ini, maka dia adalah orang paling jahil tentang Allah, benci, dan jauh dari-Nya. 


Allah Ta’ala menempatkan seorang hamba di sisi-Nya dengan pengagungan hamba terhadap diri-Nya.


Mengenal Allah dapat memperkuat rasa takut, merasa diawasi, mengagungkan harapan kepada-Nya, menambah iman hamba, membuahkan berbagai macam ibadah. Selain itu, hatinya juga akan bersegera dalam berjalan menuju kepada Allah dan dalam meraih ridha-Nya. 


Hanya kepada-Nyalah kita memohon untuk memiliki ilmu ini dan mampu mengamalkannya. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan hanyalah dengan pertolongan-Nya. Semoga Allah mengkaruniakan kepada kita taufik dan hidayah-Nya, آمين يا رب العالمين



Sekian rangkuman ini, semoga ada yang bisa diambil manfaatnya dan semoga Allah memberkahinya. آمين اللهم آمين



والله أعلم


Rabu, 15 Juni 2022

Ahlul Qur'an Sejati

 بسم الله الرحمن الرحيم


أهل القرآن هم أهلُ الله وخاصَتُه

"Ahlul qur'an mereka adalah ahlullah (keluarga Allah) dan mereka adalah hamba pilihanNya." (HR Ahmad)


Para ulama memberikan penjelasan tentang Ahlul Qur'an, yakni mereka yang membaca Al Qur'an, mentadabburinya, dan mengamalkannya.


Karena ada hadist yang diriwayatkan dalam shahih muslim,

"Kelak Al Qur'an dan Ahlul Quran akan didatangkan. Mereka adalah orang-orang yang dahulu ketika di dunia mereka mengamalkan Al Qur'an."


Imam ibnul qayyim rahimahullah mengatakan,

Ahlul qur'an adalah orang-orang yang berilmu tentang kandungan dan mengamalkan kandungan tersebut. Sekalipun mereka mungkin tidak hafal huruf per huruf al quran tersebut, namun mereka adalah orang yang memahami dan mengilmui dan mengamalkan isi kandungan Al Qur'an tersebut.

Adapun orang yang menghafal Al-Qur'an, namun dia tidak memahami maknanya san dia juga tidak mengamalkan kandungannya. Maka dia tidak disebut sebagai Ahlul Qur'an, sekalipun ia betul-betul menguasai huruf huruf Al Qur'an dengan sangat baik.


Syeikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr mencontohkan, "misal ayat yang membicarakan tentang keikhlasan,

وما أمروا إلاّ ليعبد الله مخلصين له الدين..

Dia menghafal ayat ini tapi ternyata ketika dia beribadah dan beramal, dia tidak ikhlas kepada Allah. Maka dia tidak bisa dikatakan sebagai أهل هذه الآية, dia tidak bisa dikatakan sebagai Ahlul Qur'an terkait dengan ayat ini.




🌺~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~🌺

disarikan dari kajian tematik bersama Al Ustadz Johan Saputra Halim hafizhohullah dalam link youtube : https://www.youtube.com/watch?v=jSprJOrs9ck


Jumat, 23 Oktober 2020

NASEHAT EMAS ASY-SYAIKH FAWWAZ BIN ALY AL-MADKHALY HAFIZHAHULLAH

Mungkin,

Sebagian orang menilaimu sebagai orang yang bertakwa,

Mungkin yang lainnya menilaimu sebagai orang yang banyak berbuat dosa,

Sedangkan yang lainnya mungkin menilaimu demikian atau demikian.


Tetapi,..

Engkau lebih mengetahui keadaan dirimu.

Rahasia satu-satunya yang tidak mengetahuinya kecuali dirimu adalah hubungan rahasiamu dengan Rabbmu.


Maka,

Janganlah engkau tertipu dengan orang-orang yang memuji.

Dan orang-orang yang mencelamu tidak akan merugikanmu.


Allah Ta'ala berfirman:


ﺑَﻞِ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﺑَﺼِﻴﺮَﺓٌ.


"Bahkan seseorang itu sangat mengetahui keadaan dirinya."

📖 QS. Al-Qiyamah: 14


Termasuk bahaya yang selalu mengancam dalam kehidupan ini yang selalu mengiringi ketaatan dan kemaksiatan, engkau tidak tahu manakah dari keduanya itu yang akan menjadi penutup bagi kehidupanmu.


Maka lakukanlah ketaatan karena ikhlash, bukan karena sekedar ingin melepaskan diri dari kewajiban.


Dan jagalah amalan nafilah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, bukan karena ingin menampakkan sikap pemurah.


Jadi demi Allah,..

engkau yang paling membutuhkan ketaatan, sementara Rabbmu -Subhanah- sama sekali tidak membutuhkannya.


Jangan engkau menjadikan keinginanmu untuk mengharapkan pujian manusia kepadamu, karena hati mereka berbolak-bolik. 


Mungkin saja hari ini mereka mencintaimu, namun besok mereka membencimu.


Hendaknya tujuanmu adalah bagaimana agar Rabb manusia dan Rabbmu mencintaimu, karena sungguh jika Allah telah mencintaimu, pasti Dia akan menjadikan hati-hati manusia mencintaimu.


Sesuatu yang haram tetaplah haram hukumnya, walaupun semua orang melakukannya.


Engkau sekali-kali jangan mengalah dengan meninggalkan prinsip-prinsipmu, dan jangan mempedulikan manusia, karena kelak engkau akan dihisab sendirian.


Oleh karena inilah maka hendaknya engkau tetap istiqamah sebagaimana yang diperintahkan kepadamu, bukan sebagaimana yang engkau mau.


Jadikanlah untuk dirimu simpanan dan rahasia (amal shalih) yang tidak diketahui kecuali oleh Allah..


فكما أن ذنوب الخلوات مهلكات...

فكذلك حسنات الخلوات منجيات...


Karena sebagaimana dosa-dosa yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu membinasakan.

Demikan juga kebaikan-kebaikan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu akan menyelamatkan.

 

📚Sumber :

-Channel Syaikh Fawwaz hafizhahullah

♻️Reshare Whatsappgroup ASSUNNAH


📝 Alih Bahasa :

Ustadz Abu Zaid Iding hafidzahullah

Selasa, 31 Desember 2019

#Faedah

AKAN SELALU LEBIH LELAH GURUMU

-Dibalik kajian yang kamu datangi, ada jasa guru yang tidak akan pernah bisa kamu balas-

Ketika sedang istirahat, saya coba buka salah satu story WA kawan saya yang berada diurutan teratas, mencoba mengambil faidah. Setelah terbuka, bukan sekadar faidah yang saya dapat, tapi juga tangis, rasa malu dan rasa sangat bersyukur dikaruniai guru seperti beliau hafihzahullahu.

Ini adalah screenshoot Admin Mahad BIAS, isinya demikian :

"Sedikit cerita : Jika Ustadz terlihat lelah, memang beliau sepertinya lelah. Pulang dari Panggang (re:Gunungkidul) siang, sorenya langsung ke Sanden. Di Sanden dauroh 3 hari, dan yang terakhir sampai malam jam 11-an. Paginya beliau kalau tidak salah mengisi lagi. Dan sekarang beliau juga mengisi. Waktu-waktunya berdekatan, tapi beliau tetap mengisi. Mantap." Ujar salah satu kru radio yang bertugas.

"Beliau hafizhahullahu sudah biasa begitu. Mungkin bagi kita merasa kasihan lihat beliau kecapean ngajar sana-sini. Tapi bagi beliau biasa saja. Selama kami jadi takmir, ada peristiwa yang semisal itu (sekitar th 2014/2015), bahkan lebih parah :

Suatu hari, kami hendak jemput  beliau di pondok untuk ngampu kajian di Pogung (padahal hari-hari sebelumnya, seminggu full beliau ikut dauroh masyaikh diluar kota yang kita tahu kalau dauroh masyaikh itu dilakukan hampir full seharian). Kami (pemjemput) sudah risih melihat fisik beliau lunglai dan kelihatan demam (posisi kami masih di pondok, menunggu beliau ketika itu). Sampai akhirnya kondisi fisik beliau tidak bisa dibohongi : darah mengalir cukup deras keluar dari hidung beliau. Kami saksinya melihat langsung. Lalu beliau bergegas menyeka dan membersihkan darah tersebut. Kami katakan kepada beliau : "Apakah sebaiknya ustadz istirahat saja dulu (kajian libur)?" Beliau jawab santai : "ngga papa, yuk berangkat"

Kisah kedua, suatu hari beliau mengisi dauroh MI (Mahad Ilmi), kami selaku panitia mendapati beliau cukup lelah (terlihat dari mimik wajah beliau) Di sela-sela jadwal istirahat (biasanya dauroh MI ada jeda 15 menit antara sesi pertama dan sesi kedua). Nah, diwaktu sempit inilah beliau bilang ke panitia : "Mas ana mau istirahat dulu, tolong bangunkan saya 15 menit lagi." Menjelang menit ke-15 kami masuk ke ruang istirahat beliau untuk membangunkan. eh ternyata beliau sudah bangun lebih dulu, bahkan dalam kondisi sedang murojaah kitab. Mungkin saja tadi beliau tidak jadi istirahat karena asyik pegang kitab.

Ketika kami antar pulang ke pondok (selepas beliau mengampu di Pogung) di suatu jalan sempit yang motor kami lewati, ada segerombol orang nongkrong-nongkrong mengabiskan waktunya tanpa arti. Beliau langsung komentar sambil mengisyaratkan ke ara segerombol oarang nongkrong-nongkrong tadi, kata beliau : "Andai waktu luang segerombol orang yang nongkrong itu bisa dibeli, saya ingin sekali membelinya."
Tahukah beliau siapa?
Beliau adalah Ustadz Aris Munandar hafizhahullahu. Semoga Allah menjaga kesehatan dan memberkahi ilmu beliau. Dan semoga kita bisa mengambil faidah dari kisah di atas.

Intaha, sekian kutipan.

Teman-teman, dari kutipan diatas sudahkan ada air mata yang mengalir? ataukah sudah ada rasa bersalah dan malu dari diri kita? atau setidaknya sudah ada rasa syukur yang terucap dikaruniai guru yang sangat menyayangi murid-muridnya? serta sudahkandoa baik untuk semua guru-guru kita, kita berikan?

Teman-teman, sayapun mejadi saksi dari kisah kedua, ketika dauroh Mahad Ilmi, suara beliau hampir habis, batuk-batuk menyertai beliau, sayapun mendengar sangat lirih ketika beliau meminta izin istirahat dahulu. Kita semua sudah tau betapa lelahnya dauroh dari jam 08.00-15.00 meski kita hanya mendengar, mencatat, itupun lebih banyak dihiasi bunga tidur, alias banyak santri yang ketiduran daripada terjaga. Ketika jeda istirahat kita dengan mudah makan, minum, bahkan bisa rebahan.

Teman-teman, tidakkah kita merasa bersalah ketika tidak ada udzur apapun tapi tetap datang terlambat ketika pelajaran dimulai (terutama akhwat yang dibalik hijab, tertutupi aib kita dari pandangan guru kita). Masih saja enggan mencatat, hanya mengandalkan rekaman jika hendak ujian misalnya, itupun rekaman di skip-skip karena tidak nutut waktu murojaah ala kadarnya.

Teman-teman, tidakkah kita seharusnya berusaha tetap berangkat meski hujan, meski ngantuk, meski capek, meski jauh? karena disana ada guru-guru kita yang juga tidak kalah basah kuyup, tidak kalah lelah, bahkan hingga darah dari hidung beliau kaluar. Apakah kita juga sudah selelah itu dalam menuntut ilmu?

Pernah ada pertanyaan masuk ke Ustadz Aris,
"Ustadz apakah santri diperbolehkan tidak berangkat dengan alasan hujan?"
jawaban beliau, "Ya kalau sudah ada janjian sama Ustadznya misal 'misal hujan sangat deras kita libur yaa', itu tidak apa-apa tidak berangkat. Kalau tidak terlalu deras, ada motor, ada mantel ya tetap berangkat, masak Ustadznya berangkat kalian tidak."
Jawaban beliau sangat menghujam hati saya, teringat saya pernah bolos karena hujan deras saat ba'da magrib dan malah memilih mencuci baju, saya kira kajian libur, ternyata tidak. Saya sangat menyesal, lebih-lebih setelah baca kisah di atas.

Ketika kajian jumat pagi di Sendowo, ada salah satu santri tertidur pulas saat Ustadz menjelaskan,maka beliau menegur santrinya , teguran tegas penuh kasih sayang.
"ya, tidur.. tidur, tapi mbok jangan sampai ngorok seperti itu ck (suara gumaman beliau)."
Ah...merasa ditampar, serasa beliau tujukan kalimat itu khusus untuk saya.

Bayangkan saja teman-teman, misal hari Jumat, jam 06.00-07.30, sepagi itu kelas bersama beliau sudah mulai, kemudian beliau kembali ke Pondok (perjalanan +- 30 menit), sorenya jam 16.00-magrib mengisi kajian Mahad Ilmi di MPD, jeda adzan magrib, lanjut lagi mengisi kajian di MPR hingga Isya. Bisa bayangkan betapa lelahnya beliau? kita mah enak, bisa curi-curi waktu minum saat kajain, rebahan, slonjoran, dll. Guru kita????? gitu masih saja ada yang bolos, yang tidak mau nyatat atau hal lain misalnya, masih adakah?

Pernah ketika kajian di Al-Ashri, jeda adzan isya, saya dan kawan-kawan slonjoran, minum dll, kemudian salah satu senior tidak sengaja melihat beliau, apa yang beliau lakukan? Mencari penjelasan dari salah satu kata yang beliau tidak bisa jelaskan dengan gamblang pada kita, beliau buka-buka kitabnya,
Pernah pula, ketika kajian Mahad, ada sisa waktu 30 menit, kami bingung (akhwat kan tidak tau ya Ustadz sedang apa, tapi pas itu hening gitu), kemudian beliau berucap,
"sesekali saya ingin buka sesi tanya jawab terkait pelajaran ushul fiqh, monggo jika ada yang hendak ditanyakan akan saya jawab jika saya bisa"
DEG! dari semua pelajaran di Mahad, memang ushul fiqh memegang posisi teratas  tingkat kesulitan dalam memahami (katanya). Baru benar-benar faham ketika diulang 5-6x, itupun bisa jadi saat ujian masih salah jawabnya. hiks.

Seketika pertanyaan yang sudah menumpuk di masing-masing otak santri keluar, dan dengan sabar beliau jelaskan ulang, bahkan materi yang sudah sangat lama terlewatkan.

Di Pogung dan sekitarnya sendiri, jadwal mengajar beliau cukup padat dalam sepekan, saya jabarkan :
Selasa malam : Al-Ashri Pogungrejo kitab Al-Kabair
Rabu malam :  Al-Ashri Pogungrejo kitab ihtimam li sunnatin nubuwwah
Jumat : Pagi, di Sendowo (kajian muslimah, kitab adabul khitbah wa zifaaf), Sore di MPD (Kajian ushul fiqh Mahad Ilmi), Malam di MPR (kajian kitab nailur raja').
Sabtu pagi : di MPR jam 06.00-07.30, lanjut di MPD jam 08.00-10.00
Ahad pagi : kajian di Al-Ashri kitab qowaidul tauhid.
Sangat padat, belum jadwal di Pondok dan tempat lain.

Guru kita yang lain, Ustadz Hanan Yasir, suami dari Ustadzah Ummu Yasir hafizhahumallahu. Dari Ustadzah Ummu Yasir, dari kawan, dia berkata :
"Kata Ustadzah Ummu Yasir, Ustadz Hanan Yasir tiap pulang ke rumah selepas ngisi dauroh suaranya pasti habis, kasian."

Teman-teman, selelah apapun kita, semerasa pusingnya kita, semerasa tidak punya waktu istirahatnya kita, guru-guru kita jauh lebih lelah, jauh lebih tidak punya waktu istirahat.
Jadi, untuk saya pribadi terlebih dahulu, saya katakan :

"tetep datang meski terpaksa telat!"
"tetep nyatet meski ngantuk dan tangan ndak kuat!"
"tetap berangkat meski hujan lebat!"
"tetep murojaah, dengerin rekaman bahkan hingga 10x kalau perlu, sampe paham, sampe bener-bener paham!"
"tetep cari tempat paling depan kalo tidak ada udzur!"
"kamu harus selalu doain guru-gurumu, kamu harus tau, kebahagiaan gurumu itu ketika kamu semangat belajar, serius, dan paham dengan pemahaman yang benar, serta ilmu itu menjadi bermanfaat, dengan kamu beramal sholih dari ilmu yang kamu dapat dari gurumu, kamu jadi santri yang takut sama Allah, itu yang gurumu mau. Ilmu yang gurumu beri, itu tidak akan pernah bisa dibayar dengan uang mukafaah sebanyak apapun. Pengajaran penuh kasih sayang dari gurumu tidak akan pernah bisa kamu ganti dengan hadiah semewah apapun. Ilmu terlalu berharga, terlalu mahal, dan terlalu tidak ternilai harganya jika dibayarkan dengan dunia dan seisinya. Intinya, kamu harus semagat ya! belajar terus, gapapa lemot, gapapa nilai ujiannya jelek, asal ndak berhenti buat belajar. ya yam ya!"

Sekian, semoga saya, kamu, kita selalu Allah berikan hidayah taufik, serta istiqomah didalamnya hingga maut menjemput kita.

#janganlupadoakangurukita

*Foto dari Story admin BIAS

Artikel  : https://at-tadzkirah.blogspot.com/2019/12/akan-selalu-lebih-lelah-gurumu.html

Pogung tercinta, 3 Jumadal Ula 1441H


Sumber: Broadcash WA teman

Rabu, 30 Oktober 2019

Faedah Bahasa Arab dari Ust Abu Kunaiza

Bismillah,
Dengan mengharapkan rahmat dan ampunan dari Rabb yang Maha merahmati, ana bermaksud membagikan ulang ebook karya Ust Abu Kunaiza dan tim Nadwa. Ebook ini berisi banyak sekali faedah yang dapat diambil oleh seorang penuntut faedah bahasa arab. Kita dapat melihat bagaimana ilmu bahasa arab berdasarkan kitab-kitab para ulama klasik. Sudah sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu bahasa arab untuk mengambil faedah dari ebook-ebook ini. Adapun ebook ini berasal dari program Nadwa (Nahwu dalam Whatsapp) yang dibina langsung oleh Al Ustadz Abu Kunaiza S.S., M.A. (hafidzahullahu Ta'ala) yang merupakan mahasiswa S3 konsentrasi Nahwu, KSU. 

Umdatul Kalam
Hadza Huwa Al-Fi'lu
Hadza Huwa Al-Fi'lu Tanya Jawab
Mamnu Minash Shorf - Ismul Ladzii Laa Yanshorif
-Mamnu Minash Shorf
-'Adl Kaidah Yang Terlupakan
Manshubat - Kata Yang Ditandai Dengan I'rab Nashab
-Dibalik Ringannya Nashab
-Dibalik Ringannya Nashab Tanya Jawab
-Khabar Kaana
-Isim Inna
-Maf'ul Bih
-Maf'ul Muthlaq
-Maf'ul Lahu
-Maf'ul Ma'ah
-Maf'ul Fiih
-Haal
-Mustatsna
-Munada
-Tamyiz
Majrurot - Kata Yang Ditandai Dengan I'rab Jar



---------------------------------------------------------------------------------------------
Ebook ini sudah ada versi cetaknya yang dicetak langsung oleh tim Nadwa. Jika antum bermaksud untuk membeli bukunya, antum dapat mengikuti informasi pada akun official Nadwa. Ebook ini telah diizinkan oleh tim Nadwa untuk disebarluaskan. Silahkan disebarluaskan agar semakin banyak yang menerima manfaat ini. Allahu Yubaarik Fiikum.


Ikuti akun official Nadwa untuk mengambil manfaatnya dan mengupdate informasi terbaru, seperti pendaftaran program; audio materi baru; dsb.
↠Channel TG:
t.me/nadwaabukunaiza
↠Channel Youtube:
bit.ly/NadwaAbuKunaiza
↠FanPage:
facebook.com/NadwaAbuKunaiza
↠Instagram:
instagram.com/nadwaabukunaiza
↠Blog:
majalengka-riyadh.blogspot.com